Kamis, 03 Februari 2022

Menyeramkan vs Menyenangkan (bagian 1)

 

Jadikan dirimu menyenangkan bukan menyeramkan. Terkadang ada manusia yang lebih menyeramkan daripada hantu. Yang bisa membuatmu lebih panik,dan ingin menghindari saja ketika bertemu.Bukan karena kita takut,hanya enggan,malas melihat wajahnya.

Saya ada cerita beberapa waktu yang lalu,dari seorang teman yang kebetulan memang sering curhat.Bagaimana di kantornya dia harus menghadapi pimpinannya yang “menyeramkan”. Berikut kutipan ceritanya :

“ Sebenarnya bos saya itu bukan tipe orang yang kalo dilihat dari wajahnya itu menyeramkan.Justru sebaliknya.Dia cantik,murah senyum,suka bercanda,dan terkadang suka memberi juga.Mungkin justru orang luar melihatnya sebagai pribadi yang menyenangkan,kebalikan dari menyeramkan.

Tapi…entah kenapa di sebuah situasi ketika misalnya mau mengadakan suatu rapat di kantor,kita kan mempersiapkan segala sesuatunya itu dia baru kelihatan menyeramkan.Misalkan yang paling simple untuk keperluan konsumsi,kita kan memang sedang mengirit pengeluaran kantor apalagi sejak pandemi ini,sehingga saya sebagai pemegang keuangan untuk pengeluaran konsumsi agak ditekan,yang biasanya bisa beli seperti kue-kue yang lumayan enak dan harganya agak mahal sekarang jumlahnya dikurangi dan memilih membeli kue yang sedikit lebih murah.Saya melakukan ini pun karena arahan dia sebagai bos untuk menghemat pengeluaran kantor,jadi bukan karena ide saya sendiri untuk berhemat.tapi memang saya diarahkan untuk bagaimana caranya berhemat.

Tapi …anehnya setiap saya melakukan itu,,semua ide saya selalu masih tidak sesuai dengan keinginan dia,seperti dia menyuruh saya memilih bagaimana cara supaya menekan pengeluaran,tapi dia tidak ingin begitu.Entah bagaimana saya menjelaskan,yang pasti saya sendiri menjadi bingung,sampai pada akhirnya saya suruh dia sendiri yang memesan,sesuai keinginannya,saya tinggal soal bayarnya saja.simple kan?

Hal-hal ruwet seperti ini yang akhirnya membuat bos saya menjadi menyeramkan.Padahal kepribadian menyenangkan itu biasanya tidak ribet tapi kok ini ribet sekali ya orangnya.Saya betul-betul tidak memahami orang-orang dengan kepribadian ganda seperti ini.Orang-orang yang dalam sekejab bisa berubah dari sifat A ke sifat B yang logikanya 2 sifat itu sebenarnya bertentangan. Entah bagaimana caranya menghadapi orang semacam ini,atau hanya pikiran-pikiran saya saja yang menganggap bos saya itu ribet”

Begitu cerita teman saya,setelah dia mengakhiri ceritanya ,dia tersenyum kecil,lalu dia bilang “itu hanya soal konsumsi,belum lainnya….kebanyakan yang diperintahkan bosnya itu sepertinya inginnya sesuai keinginan dia, tapi anehnya dia selalu menyerahkan ke anak buahnya,dan slalu bilang “terserah kamu enaknya gimana”,kalau anak buahnya sudah menentukan karena sudah dibilang “terserah”,eh tetap tidak sesuai,akhirnya kembali ke keinginan bosnya.

Dari cerita teman saya,,kok saya jadi ikut bingung jadinya,,bersyukur saya tidak menjadi dia,hahaha,,,tidak bisa membayangkan menjadi anak buah dari seorang bos yang ribet,ruwet seperti itu,betapa..betapa….

Dan..pada akhirnya kita bisa belajar psikologi lagi dari cerita ini,bagaimana kita selalu diuji kesabaran menghadapi orang-orang diluar dugaan seperti bos teman saya ini. Mungkin sikap-sikap seperti bos teman saya ini banyak juga diluar sana, dimana anak buahnya juga akhirnya mengalami tekanan pekerjaan yang sama akhirnya. Oleh karena itu dibutuhkan hati yang besar untuk menerima segala kekurangan bos kita. Itu sudah seharusnya kita lakukan sebagai anak buah,dan memang begitu seharusnya sebagai anak buah hanya menerima perintah,salah atau benar yang kita lakukan maka bos yang selalu benar.Terkadang kita bahkan tidak memiliki pilihan selain menurut.

Bisa dibilang kalo orang-orang seperti bos teman saya ini jauh lebih menyeramkan daripada hantu sekalipun. Bahkan hantu hanya menakuti dengan penampilannya atau terkadang kalo kita dengar dari cerita orang, hantu juga bisa menyakiti atau melukai bahkan sampai mematikan,tapi hantu mungkin hanya melukai,menyakiti,bahkan mematikan secara fisik tapi bukan perasaan. Hmm…sepertinya tidak ada juga hantu yang main perasaan manusia,,heee,,,gak tahu juga sih,hehehehe..

Begitu sekelumit kisah dari teman saya yang bisa diambil sisi belajar psikologinya,tanpa bermaksud untuk menyindir siapa dan siapa,,semoga menjadi pembelajaraan aja untuk bisa semakin menata hati agar bisa memiliki hati yang besar dalam menyikapi kejadian apapun.Ya..intinya untuk itu saja....

Terima kasih.