Jadikan dirimu
menyenangkan bukan menyeramkan. Terkadang ada manusia yang lebih menyeramkan
daripada hantu. Yang bisa membuatmu lebih panik,dan ingin menghindari saja ketika
bertemu.Bukan karena kita takut,hanya enggan,malas melihat wajahnya.
Saya ada cerita
beberapa waktu yang lalu,dari seorang teman yang kebetulan memang sering
curhat.Bagaimana di kantornya dia harus menghadapi pimpinannya yang “menyeramkan”.
Berikut kutipan ceritanya :
“ Sebenarnya bos
saya itu bukan tipe orang yang kalo dilihat dari wajahnya itu menyeramkan.Justru
sebaliknya.Dia cantik,murah senyum,suka bercanda,dan terkadang suka memberi
juga.Mungkin justru orang luar melihatnya sebagai pribadi yang menyenangkan,kebalikan
dari menyeramkan.
Tapi…entah
kenapa di sebuah situasi ketika misalnya mau mengadakan suatu rapat di
kantor,kita kan mempersiapkan segala sesuatunya itu dia baru kelihatan menyeramkan.Misalkan
yang paling simple untuk keperluan konsumsi,kita kan memang sedang mengirit
pengeluaran kantor apalagi sejak pandemi ini,sehingga saya sebagai pemegang
keuangan untuk pengeluaran konsumsi agak ditekan,yang biasanya bisa beli seperti
kue-kue yang lumayan enak dan harganya agak mahal sekarang jumlahnya dikurangi
dan memilih membeli kue yang sedikit lebih murah.Saya melakukan ini pun karena
arahan dia sebagai bos untuk menghemat pengeluaran kantor,jadi bukan karena ide
saya sendiri untuk berhemat.tapi memang saya diarahkan untuk bagaimana caranya
berhemat.
Tapi …anehnya
setiap saya melakukan itu,,semua ide saya selalu masih tidak sesuai dengan keinginan
dia,seperti dia menyuruh saya memilih bagaimana cara supaya menekan
pengeluaran,tapi dia tidak ingin begitu.Entah bagaimana saya menjelaskan,yang
pasti saya sendiri menjadi bingung,sampai pada akhirnya saya suruh dia sendiri
yang memesan,sesuai keinginannya,saya tinggal soal bayarnya saja.simple kan?
Hal-hal ruwet
seperti ini yang akhirnya membuat bos saya menjadi menyeramkan.Padahal
kepribadian menyenangkan itu biasanya tidak ribet tapi kok ini ribet sekali ya
orangnya.Saya betul-betul tidak memahami orang-orang dengan kepribadian ganda
seperti ini.Orang-orang yang dalam sekejab bisa berubah dari sifat A ke sifat B
yang logikanya 2 sifat itu sebenarnya bertentangan. Entah bagaimana caranya
menghadapi orang semacam ini,atau hanya pikiran-pikiran saya saja yang
menganggap bos saya itu ribet”
Begitu cerita
teman saya,setelah dia mengakhiri ceritanya ,dia tersenyum kecil,lalu dia
bilang “itu hanya soal konsumsi,belum lainnya….kebanyakan yang diperintahkan bosnya
itu sepertinya inginnya sesuai keinginan dia, tapi anehnya dia selalu
menyerahkan ke anak buahnya,dan slalu bilang “terserah kamu enaknya gimana”,kalau
anak buahnya sudah menentukan karena sudah dibilang “terserah”,eh tetap tidak
sesuai,akhirnya kembali ke keinginan bosnya.
Dari cerita
teman saya,,kok saya jadi ikut bingung jadinya,,bersyukur saya tidak menjadi
dia,hahaha,,,tidak bisa membayangkan menjadi anak buah dari seorang bos yang
ribet,ruwet seperti itu,betapa..betapa….
Dan..pada akhirnya kita bisa belajar psikologi lagi dari cerita ini,bagaimana kita selalu diuji kesabaran menghadapi orang-orang diluar dugaan seperti bos teman saya ini. Mungkin sikap-sikap seperti bos teman saya ini banyak juga diluar sana, dimana anak buahnya juga akhirnya mengalami tekanan pekerjaan yang sama akhirnya. Oleh karena itu dibutuhkan hati yang besar untuk menerima segala kekurangan bos kita. Itu sudah seharusnya kita lakukan sebagai anak buah,dan memang begitu seharusnya sebagai anak buah hanya menerima perintah,salah atau benar yang kita lakukan maka bos yang selalu benar.Terkadang kita bahkan tidak memiliki pilihan selain menurut.
Bisa dibilang
kalo orang-orang seperti bos teman saya ini jauh lebih menyeramkan daripada
hantu sekalipun. Bahkan hantu hanya menakuti dengan penampilannya atau terkadang
kalo kita dengar dari cerita orang, hantu juga bisa menyakiti atau melukai
bahkan sampai mematikan,tapi hantu mungkin hanya melukai,menyakiti,bahkan
mematikan secara fisik tapi bukan perasaan. Hmm…sepertinya tidak ada juga hantu
yang main perasaan manusia,,heee,,,gak tahu juga sih,hehehehe..
Begitu sekelumit kisah dari teman saya yang bisa diambil sisi belajar psikologinya,tanpa bermaksud untuk menyindir siapa dan siapa,,semoga menjadi pembelajaraan aja untuk bisa semakin menata hati agar bisa memiliki hati yang besar dalam menyikapi kejadian apapun.Ya..intinya untuk itu saja....
Terima kasih.